Mitos Menarik Rawa Pening Semarang, Terdapat Manusia Naga?

Mitos Menarik Rawa Pening Semarang, Terdapat Manusia Naga?

Mitos Rawa Pening Semarang--@explore_rawapening

RADAR TEGAL – Rawa Pening merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Semarang yang cukup banyak diminati. Berikut mitos rawa pening Semarang.

Selain menarik sebagai  objek wisata, ternyata terdapat juga kisah dan mitos Rawa Pening yang lekat dalam khazanag cerita rakyat Indonesia.

Mungkin bagi sebagain masyarakat khususnya Semarang tidak menjadi rahasia lagi bahwa Rawa Pening menyimpan mitos mengenai keberadaaan naga dan seorang pertapa.

Melansir dari jurnalbba.kemdikbud.fo.id oleh Diah M.H, berikut penjelasannya.

Rawa Pening terdapat mitos berupa keberadaan naga yang terikat kuat dengan legenda terjadinya Rawa Pening ini.

Masyarakat sekitar mempercayai adanya seekor naga yang tinggal dalam danau.

BACA JUGA: Kupas Tuntas Mitos atau Fakta Legenda Paku Bumi di Balik Gunung Tidar Magelang

Dikisahkan naga tersebut merupakan sosok makhluk yang berkuasa di danau tersebut berkat kesatian yang dimilikinya.

Adapun kesatian naga tersebut terbukti dengan kemampuannya yang sanggup mengalahkan para penduduk desa setempat.

Konon, dahulu kala tinggal sepasang suami istri bernama Ki Hajar dan Nyai Selakanta  di Desa Ngasem yang terletak di antara Gunung Merbabu dan Telomoyo.

Umur pernikahannya yang semakin lama, Ki Hajar dan Nyai Selakanta belum juga dikaruniai seorang anak.

Hal tersebut membuat Nyai Selakanta sedih, akhirnya menggerakkan Ki Hajar untuk melakukan sesuatu.

Ki Hajar akhirnya memutuskan untuk bertapa di Gunung Telomoyo dengan tujuan untuk memohon kepada Tuhan supaya cepat dikarunia keturunan.

Hingga lama berselang, akhirnya sang Nyai dikabarkan hamil dan berhasil melahirkan seorang anak.

Namun, sesuatu yang dilahirkan bukanlah seorang anak manusia melainkan seekor naga.

BACA JUGA: Mitos Anjing dan Serigala Melolong Jadi Pertanda Adanya Makhluk Halus, Begini Penjelasan Ilmiahnya

Diketahui, naga tersebut dapat berbicara dan mengatakan bahwa ia bernama Burung Klinting.

Atas peristiwa tersebut, Nyai Selakanta tetap merawat bayi Klinting hingga tumbuh dewasa.

Hingga singkat cerita, pada saat dewasa Baru Klinting ingin mengetahui sosok sang ayah dan memutuskan untuk pergi mencarinya.

Pada saat itu, sang ayah masih bertapa di gua yang kemudian dapat ditemukan oleh Baru Klinting.

Kemudian, Ki Hajar merasa terkejut melihat bentuk dan rupa anaknya sehingga Ia pada saat itu masih belum  mempercayai bahwa Baru Klinting merupakan anaknya.

Ki Hakar akhirnya memerintahkan Baru Klinting untuk melingkari Gunung dengan tubuhnya dan Ia pun berhasil.

Ki Hajar pun lantas mempercayainya, namun Ia meminta Baru Klinting untuk bertapa di Bukit Tugur supaya ia menjadi manusia.

Selagi Ia bertapa, terdapat penduduk desa Pathok yang sedang berburu mencari makanan dan menemukan Baru Klinting.

Penduduk tersebut kemudian memotong ekornya dan memasknya sebagai makan pesta.

Setelah tubuhnya terpotong, Baru Klinting menjelma menjadi manusia dan Ia yang merasa lapar lantas meminta makanan pada warga yang sedang berpesta.

Akan tetapi, tidak ada yang memberinya makanan, alhasil Baru Klinting menancapkan lidi.

ke tanah dan menantang warga desa untuk mencabutnya.

Namun, tidak ada satupun warga desa yang dapat mencabut lidi tersebut. Baru Klinting lalu mencabut lidi tersebut dengan mengerahkan kesaktiannya.

Dari bekas cabutan lidi tersebut, air memancar dan menenggelamkan desa dan seluruh warganya, sehingga terbentuklah danau bernama Rawa Pening.

Hingga kini, Kisah legenda dan mitos yang diceritakan dari mulut ke mulut ini menjadi salah satu magnet untuk objek wisata Rawa Pening saat ini.

BACA JUGA: Mitos Ki Angkong di Ruas Jalan Magelang – Purworejo, Buang Uang dapat Terhindar dari Kecelakaan?

Demikian ulasan mengenai mitos rawa pening Semarang. Semoga bermanfaat.***

Sumber: