5 Mitos tentang Jakarta yang Harus Bikin Move On, Nomor 5 Milenial Juga Masih Sering Begitu

5 Mitos tentang Jakarta yang Harus Bikin Move On, Nomor 5 Milenial Juga Masih Sering Begitu

--

RADAR TEGAL - Jakarta saat ini merupakan ibukota Indonesia, yang berpenduduk mencapai 11,24 juta orang berdasarkan data real time World Population Review per, Senin 6 Maret 2023 lalu. Sebagai kota terbesar di Tanah Air, tak sedikit mitos tentang Jakarta yang berkembang.

Tiap tahun, warga Jakarta semakin bertambah dan pada awal Maret 2023 ini berada di posisi ke-28 dari 781 kota yang didata World Population Review. Sumber daya ini merupakan salah satu potensi besar yang dimiliki Jakarta.

Itulah sebabnya Jakarta masih menjadi tujuan utama orang-orang dari berbagai daerah di Tanah Air, untuk mengubah nasibnya. Mereka beranggapan di Jakarta akan mudah mendapatkan pekerjaan dan menjadi kaya, dengan penghasilan yang lebih besar daripada di daerah.

Bisa jadi asumsi tersebut benar, tetapi tidak sedikit pula yang gagal saat mengadu nasib di Kota Megapolitan tersebut. Karena itu, kemudian memunculkan cerita-ceria dari mulut ke mulut tentang Jakarta, yang alkhirnya memunculkan idiom kejamnya ibu tiri tak sekejam ibukota. 

Di bawah ini 5 (lima) cerita-cerita soal Jakarta yang banyak berkembang, utamanya bagi para pendatang. Selain mitos-mitos tadi, masih banyak pula cerita perihal ibukota yang bagi sebagian orang sangat sulit ditaklukan.  

5 mitos tentang Jakarta 

1. Orang Jakarta Individualis

Mitos tersebut muncul karena kebanyakan orang di Jakarta merupakan pekerja, baik kantoran maupun karyawan. Sehingga mereka memiliki rutinitas masuk dan keluar dari kantor atau pekerjaannya berdasarkan jam kerja.

Biasanya, jika harus masuk kerja pukul 07.30 WIB, maka mereka harus pagi-pagi berangkat dari rumah atau tempat tinggalnya, dan pulang malam-malam di atas pukul 21.00 WIB. Bukan tanpa alasan mereka harus berangkat sebelum matahari terbit.

Mereka kebanyakan harus menghindari kemacetan yang hingga kini masih menjadi salah satu problem transportasi di Jakarta. Kalau pun menggunakan moda transportasi umum seperti KRT, busway, dan lainnya, mereka juga tak ingin ketinggalan karena tidak terangkut.

Itulah kenapa kemudian orang Jakarta terkesan individualis dan susah bermasyarakat. Buktinya jika libur kerja atau cuti, mereka tetap bisa bersosialisasi dengan lingkungannya, walaupun tidak dalam durasi yang lama.

Selain itu tidak sedikit pula yang tinggal di apartemen atau kos-kosan, sehingga ketika liburan atau cuti digunakan untuk pulang ke daerahnya. Karena kebanyakan mereka tidak membawa serta istri dan anak-anaknya ke Jakarta. 

Umumnya orang Jakarta juga sama dengan manusia Indonesia lainnya, yang menjunjung tinggi adab ketimuran dengan sopan santun yang selalu terjaga. Bahkan kadang-kadang tidak sedikit pula dengan keramahan mereka, mau membantu tanpa diminta.

2. Biaya Hidup di Jakarta Mahal

Sumber: