Kampung Unik Desa Kemiri Temanggung, Desa Pluralitas Di Lereng Gunung Sindoro Junjung Tinggi Toleransi
Desa Kemiri Temanggung-maps.google.com-
RADARTEGAL.DISWAY.ID-Indonesia mini begitulah istilah yang lebih tepat ketika berkunjung ke kampung unik Desa Kemiri Kaloran Temanggung. Warganya menganut 3 agama berbeda yakni agama Budha dan Kristen 50% kemudian sisa Islam 30% hidup rukun dan harmonis sampai sekarang
Pluralitas agama tinggi meski perbedaan keyakinan di antara mereka dalam satu lingkungan kampung. Hal ini berbeda dari desa yang lain di wilayah Temanggung membuat kampung Kemiri disebut Desa Pluralis dilereng Gunung Sindoro.
Jarak Tempat Ibadah Berdekatan
Menelesuri kampung unik Desa Kemiri Kaloran Temanggung menjumpai tempat ibadah yang berdekatan satu sama lainnya. Hanya dipisahkan oleh rumah penduduk yang salah satunya Vihara Avalokitesvara aliran Mahayana.
Kemudian tidak jauh dari vihara dijumpai vihara Damma Sosila aliran Theravada yang lokasinya unik dirongga gua. Gua yang berfungsi sebagai tempat ibadah terletak di Bukit Gumuk Watu Payung, sebuah bukit kecil lokasinya sekitar kampung.
Kedua Vihara ini bukanlah satu-satunya ada di Kampung Kemiri dan masih ada tempat ibadah yang letaknya saling berdekatan. Masjid Miftahul Jannah dan Gereja Sidang Jemaat Allah Filadelfia juga jaraknya tidak berjauhan.
Kemudian dari sinilah Desa Kemiri Kaloran berlokasi di Kelurahan Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung . Sering disebut desa pluralitas di lereng Gunung Sindoro yang selalu junjung tinggi toleransi.
Satu Keluarga Beda Agama
Kampung unik Desa Kemiri Kaloran Temanggung terletak kawasan bukit Gumuk Watu Payung memang berbeda. Dari kampung lain di kawasan lereng Gunung Sumbing Sindoro yakni satu keluarga beda agama tinggal satu atap rumah.
Toleransi, kebersamaan antar warga kampung begitu erat dan harmonis. Hal itu terlihat ada satu keluarga beda agama di Kemiri meski tinggal satu atap, tetapi perbedaan keyakinan sudah hal biasa.
Di antara mereka saling menghormati satu sama lain kemudian dijumpai orang tua beragama Budha. Sementara cucu, menantu dan anak beda keyakinan memilih memeluk agama Kristen atau agama Islam
Atau kisah cerita lainnya yang menarik ada anak memeluk agama Budha, sedangkan orang tua dan saudara beragama Kristen atau Islam. Ada kejadian unik menjumpai seorang kakek beragama Budha mengantarkan cucu belajar mengaji ke masjid lokasinya desa sebelah tidak jauh rumah.
Kebiasaan Unik Warga Kemiri
Diketahui, sebagian besar penduduk Kampung Kemiri memeluk agama Budha tetapi ada hal unik dalam masalah busana. Jilbab pakaian khas Muslim, tetapi berbeda di Desa Kemiri Kaum wanita beragama Budha maupun Kristen saat pergi ke pasar atau ladang memakai jilbab
Bukan tanpa alasan kebiasaan kaum wanita non Muslim memakai jilbab saat ke ladang atau pasar. Bukan pula untuk menutup aurat sebagaimana Muslimah lainnya tetapi supaya tidak kedinginan ketika ke pasar jelang subuh.
Alasan berjilbab kaum wanita non Muslim Desa Kemiri tidak lain tidak digigit serangga, karena jilbab efektif melindungii diri dari serangga
Sarung yang identitas kaum lelaki Muslim juga sering dipakai orang Budha dan Kristen saat malam tiba. Mereka kerap memakai peci acara kondangan atau acara resmi lain, lantaran peci dianggap oleh sebagian warga nasionalis bisa semua masyarakat memakainya.
Pluralitas agama warga desa Kemiri demikian tinggi dilihat lokasi tempat ibadah saling berdekatan satu sama lain tanpa ada konflik yang berarti.Meski perbedaan keyakinan begitu lebar mereka hidup rukun penuh toleransi dan harmonis.
Hidup bersama dalam satu keluarga beda keyakinan bukanlah persoalan besar dan masalah. Mereka memiliki pandangan semua agama dihadapan Allah SWT, tidak ada istilah mayoritas maupun minoritas. Demikian tadi kampung unik Desa Kemiri Temanggung yang bisa menginspirasi.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: