Viral, Jalan Rusak di Desa Simego Pekalongan, Netizen: Jalan Menuju 'Akhirat'

Viral, Jalan Rusak di Desa Simego Pekalongan, Netizen: Jalan Menuju 'Akhirat'

Warga Desa Simego, Kecamatan Petungkriyono, hampir rutin melakukan kerja bakti untuk menata bebatuan yang lepas agar akses jalan di desa itu lebih nyaman untuk dilalui.-Hadi Waluyo-

PETUNGKRIYONO, RADARTEGAL.DISWAY.ID - Kondisi jalan di Desa Simego, Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan rusak parah. Namun demikian hingga kini belum tersentuh perbaikan dari pemerintah setempat.

Kondisi jalan ini pun sempat viral di media sosial. Netizen menyebutnya jalan menuju 'akhirat'. Maklum, dengan kondisi jalan rusak dan ekstrem seperti itu rawan menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Utamanya bagi pengguna jalan yang tak menguasai medannya.

Masyarakat di wilayah pegunungan ini sudah lama mengidamkan jalan bagus, laiknya di wilayah perkotaan.

"Ruas jalan dari arah barat tahun kemarin sudah ada yang diaspal, tapi yang belum sekitar 1 kilometer sampai Desa Simego-nya. Ini jalan kabupaten. Itu yang ruas Dukuh Sabrang ke Simego sekitar 1 kilometer belum diaspal. Lalu dari Simego ke Igir Gede yang lebih parah itu kurang lebih 4 kilometer. Lalu dari Dukuh Igir Gede ke perbatasan aspal yang Gumelem sekitar 2 kilo," terang Kaur Pelayanan dan Kesra Desa Simego, Sukentar.

BACA JUGA:Tragis! Balita 2 Tahun Meninggal Dunia usai Tenggelam di Kolam Ikan Koi Rumahnya

Ia pun mengakui jalan ruak dengan narasi jalan menuju ke 'akhirat' itu berada di wilayah Igir Gede. Sebagian besar jalan di desanya masih bebatuan besar, sehingga sangat membahayakan untuk dilalui.

"Dampaknya ya luar biasa. Anak SMP itu ada yang ke Petungkriyono ya bawa motor sendiri. Bisa dilalui tapi saya liat kasihan. Kalau musim hujan apalagi tambah susah dilalui, jalanan licin tapi kan adanya jalan itu ya terpaksa," ungkap dia.

Selain berdampak pada sulitnya akses pendidikan, jalan rusak di wilayahnya membuat harga jual hasil pertanian rendah. Padahal, biaya produksinya lebih tinggi. 

"Kentang terpaut harganya dengan Gumelem itu sekitar 1000 perkilo, karena akses jalannya itu sangat sulit. Biaya produksi lebih tinggi di sini. Angkutan pupuk di Gumelem 20 ribu, di sini ya 22.500 kadang 25 ribu. Biaya produksi tinggi, tapi harga jual lebih rendah gara-gara aksesnya sulit," terang dia.

BACA JUGA:Baru Keluar dari Hotel, Fortuner Ditabrak Truk Semen di Pantura Pekalongan

Akses kesehatan pun sulit. Ia menyebutkan, ibu hamil yang memasuki HPL, maka jauh hari sebelumnya sudah dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat, terutama di wilayah Kalibening, Banjarnegara. Karena akses ke kabupaten tetangga ini lebih mudah dibandingkan membawanya ke unit pelayanan kesehatan di Kabupaten Pekalongan.

"Kira-kira HPL hari Jumat umpamanya ya Selasa atau Rabu sudah turun dulu. Biasanya ke Puskesmas Kalibening, PKU Kalibening, atau Puskesmas Paninggaran. Ada juga ke Aisiyah. Banyaknya dibawa ke arah barat atau ke Kalibening. Soalnya aksesnya lebih mudah ke sana. Ke Petung lebih sulit. Ke arah Petung, dari Simego sekitar 6 kilo rusak parah jalannya," tutur dia.

Harapan warga, kata dia, jalan yang rusak itu secepatnya bisa diaspal. Supaya roda perekonomian lancar, akses pendidikan mudah, dan pelayanan kesehatan tidak terlalu kesulitan.

"Yang diresmikan Ibu Bupati kemarin baru 2,3 kilometer. Itu ruas dari perbatasan Kalibening sampai sebelah Dukuh Sabrang. Habis dari itu semuanya rusak. Warga berharap pengaspalan jalan diteruskan secara bertahap tiap tahunnya," harap dia.

Sumber: radar pekalongan