Ramai Sesajen Semeru Ditendang, Gus Baha Bahas Sejarahnya dan Sebut Wali
Tradisi sesajen di Indonesia kembali menjadi perhatian pasca seorang pria bergamis menendang dan membuang sesajen di Semeru. Terkait hal ini, rupanya KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha pernah memberi penjelasan soal sesajen.
Dikutip dari kanal YouTube bernama El Hazima Official, Gus Baha awalnya mengurai kedatangan para wali ke Indonesia pada zaman dulu yang membawa perubahan.
“Saya masih ingat pesanan Pak Zaeini, berkali-kali beliau bilang ke saya bahwa agama yang masuk ke negara yang tidak konflik itu di antaranya paling spesial itu Indonesia karena para wali ini mendampingi kultur daerahnya, tapi tidak benturan,” katanya.
Misalnya orang Jawa dahulu memakai sesajen sawah-sawah katanya dimakan penunggunya.
"Yang penunggunya sawah itu kan dulunya pikirannya makhluk gaib.”
Namun, di era modern ini penunggunya itu hewan ternak semacam kambing, ayam yang memang memakannya.
"Akhirnya dulu itu aneh. Diistilahkan dimakan penunggunya. Kalimat penunggu itu tidak jelas.”
“Wali-wali datang tidak mengkafirkan. Tapi terus diubah. Jadi sedekah ke tetangga tadi. Jadi kultur itu tidak dilawan. Tapi cukup diubah dari memberi makan setan jadi sedekah tetangga,” jelas pengasuh Pondok Pesantren Tahfidul Qur’an LP3IA ini dikutip dari Fajar. (Fajar/ima)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: