Hilirisasi Industri, Harga Saham , dan Nilai Tambah (Value Added): Sentimen positif?

Hilirisasi Industri, Harga Saham , dan Nilai Tambah (Value Added): Sentimen positif?

Oleh Yuni Utami SE, MM 

Dosen Manajemen FEB UPS Tegal

Hilirisasi industri adalah bagaimana mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Industri hilir mempunyai peran yang sangat penting, karena berdampak besar bagi banyak aspek kehidupan masyarakat. 

Seiring dengan adanya kebijakan pemerintah yang melarang kebijakan ekspor Nikel per 1 januari 2020, karena adanya program pemerintah yang terkait dengan kendaraan listrik, nikel sangat bermanfaat bagi indutri pembuatan baterai untuk mobil listrik. 

Hal ini menjadi langkah awal kebijakan-kebijakan Presiden Jokowi dalam mengurangi dan mulai menghentikan ekspor barang mentah yang sebenarnya mempunyai nilai tambah yang besar bila diolah menjadi industri hilir. 

Langkah ini sangat ditentang oleh Uni Eropa yang selama ini menggantungkan nikel dari Indonesia karena nikel merupakan bahan baku industri baja di Eropa.

Uni Eropa berdalih dengan pemberhentian ekspor nikel oleh pemerintah Indonesia, akan menyulitkan Uni Eropa dalam berkompetisi sebagai negeri yang memiliki industri baja paling besar di dunia. 

Langkah berani pemerintah Indonesia dalam menghadapi gugatan Uni Eropa yang berlanjut proses di WTO. Langkah awal ini menambah kepercayaan diri bangsa Indonesia bahwa Indonesia memiliki SDA (Sumber Daya Alam) yang perlu dijaga dan dimanfaatkan dengan diolah secara baik dan dipergunakan untuk kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia pada akhirnya. 

Langkah pemerintah ini diteruskan dengan kebijakan-kebijakan yang akan segera memberhentikan ekspor bauksit pada tahun 2022, disusul dengan bahan mineral lain seperti tembaga dan timah. 

Hilirisasi ini dilakukan sebagai upaya pemerintah memberikan manfaat lebih bagi negara. Selain serapan tenaga kerja, keberadaan industri hilir juga berdampak pada pendapatan negara dalam bentuk pajak.      

Bagaimana dengan harga saham? Khususnya saham-saham di sektor mineral, seperti nikel, timah, tembaga. 

Secara kacamata jangka pendek bukan menjadi sentimen yang positif bagi para emiten. Namun secara jangka panjang, rencana ini diperkirakan dapat menaikkan  kualitas ekspor serta menstimulasi kemajuan teknologi di sektor mineral dan logam. 

Rancangan tersebut mempunyai sentiment jangka panjang dan di masa mendatang akan menguntungkan emiten. Pertama, terjadi peningkatan nilai kompetitif (competitive value). Pengolahan bahan baku (raw material) diolah menjadi “processed material" kemudian  diekspor, semua mekanisme ini dapat menyebabkan peningkatan pada nilai jual. 

Misalkan jika timah langsung diproses guna pelapis baja selanjutnya akan dilego ke produsen industri besi putih pasti harga jual akan meningkat. 

Sumber: