Jalan Menuju Kebahagiaan Siswa

Jalan Menuju Kebahagiaan Siswa

Oleh: Rahmad Agung Nugraha

Dosen Pascasarjana Magister Pedagogi Universitas Pancasakti Tegal 

Kebahagiaan merupakan tujuan manusia. Kesejahteraan manusia terdiri dari prinsip-prinsip Hedonic  dan Eudaimonic, penggambaran makna dan tujuan pribadi dalam hidup. 

Penelitian tentang kebahagiaan menemukan beberapa faktor yang berpengaruh dan berkontribusi seperti tipe kepribadian, emosi, konsep diri, harga diri, efikasi diri, dan lain sebagainya. 

Psikologi positif telah membawa konsep ini ke ranah penelitian ilmiah untuk  mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kesejahteraan secara global. 

Kebahagiaan dipahami sebagai emosi positif  yang memiliki hubungan dengan pengalaman seseorang akan kegembiraan, kepuasan hidup/kesejahteraan positif (perasaan bermakna dan berharga), aktivitas yang  menyenangkan dalam kesehariaannya.

Emosi siswa memainkan peran integral dalam pendidikan yang akan  mempengaruhi motivasi, perhatian, fungsi sosial, dan keputusan siswa. 

Dapat saya contohkan misalnya, kesenangan belajar akan memotivasi siswa untuk berusaha lebih keras, sedangkan kebosanan akan mengurangi usaha siswa dalam belajarnya. 

Kecemasan mengurangi kemampuan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan sedangkan harapan dan kebanggaan dapat meningkatkan usaha dan efikasi siswa. 

Dengan demikian menciptakan ruang kelas yang nyaman dan penuh perhatian serta merancang pelajaran yang menarik mendorong emosi positif pada siswa. Hal ini menjadi perhatian dan agenda yang utama bagi guru/pendidik. 

Di sisi lain emosi positif seseorang bukanlah  menjadi tujuan, karena hal ini bisa mengurangi kesejahteraan dan kebahagiaannya, misalnya dalam keadaan tertentu, emosi negatif seperti kecemasan justru dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih tekun sehingga perlunya pendidik untuk mengenali kehidupan emosional siswa, memvalidasi, mengetahui secara detail emosi siswanya. 

Peningkatan kesehatan emosional siswa merupakan dasar kebahagiaan siswa. Selain emosi positif, kebahagiaan juga bergantung pada rasa kebermaknaan hidup dan pengalaman siswa. 

Siswa yang mempunyai persepsi dan mengeluh tidak adanya ekspektasi, apa yang dipelajari di sekolah tidak relevan dengan kehidupannya, berasumsi usahanya selama belajar di sekolah nantinya  tidak bisa untuk mendapatkan pekerjaan, pengembangan karier, dan tidak ada kemanfaatan sama sekali  akan melepaskan kebermaknaan hidupnya. 

Pengembangan karier, pekerjaan yang diharapkan siswa di masa depan menemukan makna bagi siswa. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebermaknaan hidup siswa meningkat ketika siswa memiliki orientasi prososial yang akan mengalami kesejahteraannya, memungkinkan siswa untuk bertahan dalam tugas akademik, dan tetap berefikasi dalam akademiknya.  

Sumber: