Dua Kali Diruwat, Kata Dukun Bocah yang Dibiarkan Jadi Kerangka Bukan Kerasukan Tapi Anak Jelmaan Genderuwo

Dua Kali Diruwat, Kata Dukun Bocah yang Dibiarkan Jadi Kerangka Bukan Kerasukan Tapi Anak Jelmaan Genderuwo

Aisyah (7) warga Desa Bejen Kecamatan Bejen diduga kuat meninggal, akibat praktik perdukunan yang dilakukan, H (56) dan asistennya, B. Usai dimasukan ke dalam bak mandi dan meninggal dunia, jasad korban disimpan di salah satu kamar dengan harapan nyawanya akan kembali. 

"Kasus ini terungkap pada pada hari Minggu tanggal 16 Mei 2021 sekira pukul 23.30 wib," terang Kasat Reskrim Polres Temanggung AKP Setyo Hermawan, saat gelar perkara, Rabu (19/5).

Namun sebenarnya kata Kasat Reskrim, kasus penganiayaan hingga menyebabkan kematian korban ini telah terjadi di awal bulan Januari 2021 lalu. Empat tersangka ditetapkan yakni M (43) ayah Kandung korban, S (39) Ibu Kandung Korban, H (56) dukun dan B (43) asisten dukun. 

"Sejak Januari hingga terungkapnya kasus ini, mayat korban disimpan di salah satu kamar di rumah korban," jelasnya seperti yang dikutip dari magelang ekspress (jaringan radar tegal group). 

Dijelaskan, Aisyah atau ALS menjadi korban dari praktik perdukunan yang dilakukan oleh H. Namun awalnya dukun H dimintai tolong oleh orang tua korban yang mempunyai anak dengan kepribadian nakal. 

Menurut dukun H, korban adalah salah satu dari anak jelmaan genderuwo, sehingga untuk menghilangkan kenakalannya harus dilakukan ruwatan. Kedua orang tua korban pun menyetujui, dan ruwatan itu dilakukan dengan cara memasukan kepala korban ke dalam bak air di kamar mandi rumah korban. 

Menurutnya, ruwatan terhadap korban tidak hanya dilakukan sekali, di bulan Desember 2020 ruwatan juga sudah dilakukan, hanya saja belum berhasil. Kemudian ruwatan kembali dilakukan hingga menyebabkan kematian korban. 

"Korban dimasukkan kepalanya ke dalam bak yang berisi air oleh para pelaku hingga tidak sadarkan diri dan meninggal dunia," jelasnya. 

Ia menjelaskan, setelah ruwatan dilakukan kemudian jasad korban disimpan di dalam salah satu kamar. Untuk menghilangkan bau busuk kedua orang tua memberikan pengharum ruangan dan kapur barus di tubuh korban. 

"Rumah korban ini kebetulan jaraknya lumayan jauh dari tetangga, sehingga aroma busuk dari mayat tidak sampai tercium oleh tetangga, ditambah dengan pengharum ruangan dan kapur barus," jelasnya. 

Pintarnya dukun memberikan keyakinan kepada orang tua korban, bahwa korban akan kembali hidup dengan kepribadian yang lebih baik. Namun sampai empat bulan belum ada tanda-tanda akan kembali hidup. 

"Orang tua korban sangat percaya dengan dukun tersebut, selama jasad dari anaknya dirawat dengan baik maka akan kembali hidup dengan kepribadian yang sudah membaik," ujarnya. 

Menurutnya, selain kedua orang tua korban, dukun H dan asisten dukun B juga mengakui semua perbuatannya. Kini ke empat tersangka tersebut sudah meringkuk di ruang tahanan Mapolres Temanggung. 

"Penyidikan dan pemeriksaan terhadap tersangka terus kami lakukan," tandasnya. (set/zul)

Sumber: