Sultan Brunei Darusasalam Hassanal Bolkiah Minta Bahas Krisis Myanmar di Jakarta
Brunei Darussalam selaku Ketua ASEAN 2021 menyerukan agar pertemuan para pemimpin ASEAN untuk membahas krisis Myanmar digelar di Jakarta, Indonesia.
Pernyataan itu dikeluarkan setelah pertemuan antara Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin dan Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Selasa (6/4).
"Kedua pemimpin sepakat agar para pemimpin ASEAN bertemu membahas perkembangan yang sedang berlangsung di Myanmar,” kata mereka dalam pernyataan bersama itu.
Namun, mereka tidak menyebutkan kapan pertemuan itu akan digelar. Kedua pemimpin juga menyatakan keprihatinan atas terus meningkatnya korban jiwa di Myanmar.
"Mendesak semua pihak untuk menahan diri dari pemicu kekerasan yang lebih jauh, dan bagi semua pihak untuk segera berlatih menahan diri sepenuhnya dan menyesuaikan diri," menurut pernyataan itu.
Indonesia sendiri telah memimpin upaya anggota ASEAN untuk mendorong solusi atas masalah di Myanmar. Meski sudah ada kebijakan tidak turut campur tangan dalam urusan dalam negeri anggota lain.
Jumat (2/4) lalu Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan bahwa China dan Rusia mendukung inisiatif Presiden Jokowi untuk menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN menyoal krisis politik yang terjadi di Myanmar sejak kudeta 1 Februari lalu.
"Republik Rakyat China memberikan dukungan terhadap upaya dan tawaran ASEAN untuk membantu Myanmar, termasuk memberikan dukungan terhadap inisiatif Jokowi untuk diadakannya KTT ASEAN," kata Retno.
Dua hari lalu, tutur Retno, ia melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Segrey Lavrov yang juga membahas mengenai Myanmar. "Rusia juga menyampaikan dukungannya terhadap ASEAN, dan inisiatif Presiden Indonesia bagi terselenggaranya KTT ASEAN," katanya.
Negara-negara itu, tutur Retno, memiliki kekhawatiran yang sama terhadap perkembangan situasi di Myanmar. Sehingga, katanya, penting untuk segera dilakukan dialog untuk mengakhiri kekerasan di Myanmar.
ASEAN berjalan berdasarkan kesepakatan, namun perbedaan pandangan dari 10 negara anggotanya menanggapi penggunaan kekuatan mematikan oleh tentara Myanmar terhadap warga sipil dan kebijakan non-intervensi kelompok tersebut, telah membatasi kemampuannya untuk bertindak.
Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Singapura telah menyatakan kekhawatiran atas pembunuhan para demonstran dan mendukung konferensi tingkat tinggi membahas Myanmar.
Menteri luar negeri dari negara tersebut masing-masing secara terpisah, mengadakan pembicaraan pekan lalu dengan China, tetangga utara Myanmar yang cukup berpengaruh bagi negara itu. (der/zul/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: