Kain Goyor, Hasil Karya Napi Tegal Tembus Negara Timur Tengah
Sejumlah warga binaan atau narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Slawi, Kabupaten Tegal patut diacungi jempol. Hasil karya mereka berupa sarung kain goyor berhasil tembus di berbagai negara di Timur Tengah. Bahkan, ekspor sarung tersebut dilakukan hampir setiap bulan.
Salah seorang narapidana Lapas Kelas II B Slawi Andang, Kamis (25/2) mengatakan, kalau dirinya sudah keluar nanti, ingin mengembangkan bakat dengan membuka usaha berbekal modal yang didapat dari Lapas ini. Sebagai narapidana kasus narkoba, dirinya mengaku bisa membuat kain Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) berkat mengikuti pelatihan yang diadakan pihak Lapas.
"Bahkan dengan kemampuan menenun kain ini, dirinya menjadi lebih percaya diri jika sudah bebas nanti," katanya.
Awalnya memang sulit, tambah Andang, karena terkadang tenunnya kurang kencang, benangnya acak-acakan. Namun, sekarang sudah bisa, sudah rapi hasilnya. Dirinya juga tidak bingung lagi. Bahkan saat ini, hasil tenun para penghuni lapas sudah dipasarkan sampai ke luar negeri.
Sementara itu, Kepala Lapas Kelas IIB Slawi Mardi Santoso mengatakan, kegiatan menenun merupakan bentuk pembinaan terhadap warga Lapas. Dengan keahlian menenun kain sarung yang dimiliki, diharapkan nantinya para napi bisa mandiri setelah selesai menjalani hukuman. Sehingga, mereka tidak kembali terjerumus dalam tindak kejahatan.
"Dipilihnya kain sarung goyor, karena merupakan kain sarung khas Tegal. Sehingga sekaligus untuk melestarikannya,” ucapnya.
Proses menenun ini, lanjut Mardi Santoso, dilakukan di Aula Lapas. Para napi sudah banyak yang bisa menenun karena sebelumnya mengikuti pelatihan selama dua bulan yang diselenggarakan pihak Lapas. Kini, para napi sudah terampil dan dalam dua hari, satu orang mampu membuat satu lembar kain sarung goyor. Meski belajar menenun secara singkat, kain hasil tenunan para napi tergolong bagus dan dapat diterima pasar.
Bahkan, sarung goyor dari kain tenun karya napi ini sudah menembus pasar ekspor, yakni di Timur Tengah. Dalam pemasarannya, bekerjasama dengan sebuah perusahaan produksi sarung di Tegal. Dari penjualan kain, para napi mendapatkan premi atau upah setiap minggu, dihitung dari banyaknya kain tenun yang dihasilkannya.
Bahan-bahan juga dari pabrik, di sini hanya untuk proses tenunnya. Untuk pembinaan warga Lapas sendiri tidak hanya menenun, tapi ada juga pertanian, salah satunya menanam jahe. Dan juga rencananya akan membuka bengkel. (guh/ima)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: