Modal Asing Rp274 Triliun Bakal Masuk ke Indonesia
Bank Indonesia (BI) memperkirakan modal asing akan masuk deras ke Indonesia mencapai USD19,6 miliar atau setara Rp274,4 triliun pada 2021. Aliran modal asing tersebut tidak termasuk Penanaman Modal Asing (PMA).
"Kami perkirakan aliran modal investasi portofolio ke Indonesia, tidak termasuk PMA dan juga yang lain. Diperkirakan akan masuk USD19,6 miliar, sedangkan tahun lalu USD9,45 miliar,'' ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo di Jakarta, kemarin (9/2).
Lebih jauh dia mengatakan, masuknya dana-dana asing tersebut melalui berbagai instrumen investasi portofolio di 2021. Angka tersebut merupakan terbesar kedua setelah Cina.
"Aliran modal asing ini didukung adanya Undang-Undang Cipta Kerja. Ini juga menjadi potensi bagi kita,'' katanya.
Secara keseluruhan, lanjut dia, aliran modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai 0,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Bank Sentral memprediksi aliran modal yang masuk ke Indonesia tahun ini mencapai 1,5 persen dari PDB nasional.
"Kami perkirakan tahun ini sekitar satu persen sampai dua persen dari PDB atau diambil tengahnya 1,5 persen dari PDB," tuturnya.
Ia menyebut, data transaksi pada 1-5 Februari 2021, dana-dana dari investor asing (nonresiden) di pasar keuangan domestik mengalir (beli neto/capital inflow) sebanyak Rp12,12 triliun.
Mengalirnya modal asing ke pasar keuangan domestik ditopang oleh derasnya pembelian di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dengan catatan inflow sebesar Rp7,91 triliun. Sementara dana asing di pasar saham juga tercatat masuk pasar domestik sebanyak Rp4,21 triliun.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, melakukan antisipasi gejolak arur modal keluar (capitar outflow) pada 2021. Pemicunya adalah kemungkinan berubahnya arah kebijakan moneter di sejumlah negara.
Bendahara negara ini menuturkan, ada beberapa alasan mengapa pemerintah harus mati-matian untuk menahan arus modal asing keluar. Pertama, saat ini banyak negara membutuhkan sumber pendanaan besar untuk membiayai stimulus ekonomi akibat Covid-19.
Kedua, dia memprediksi fenomena new normal akibat Covid-19 dapat memunculkan pola permintaan baru yang memengaruhi perdagangan dunia ke depan. Kondisi new normal ini juga akan memengaruhi kegiatan pariwisata yang merupakan penghasil devisa bagi Indonesia.
"Pada dasarnya, pergerakan nilai tukar Rupiah sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun domestik," tukasnya. (din/zul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: