WHO Perkirakan Vaksin Covid-19 Sudah Ada Desember Nanti
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sudah akan ada vaksin Covid-19 yang akan digunakan luas sebelum tahun baru 2021. Menurutnya, saat ini ada 10 kandidat vaksin Covid-19 yang sudah menjalani uji klinis fase tiga (final).
"Perkiraan kami adalah kita akan memiliki hasil dari satu atau dua uji coba vaksin itu sebelum akhir tahun nanti, kemungkinan mulai akhir November," kata ketua tim ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, seperti dikutip dari Anadolu Agency Sabtu (24/10).
Swaminathan menjelaskan, bahwa hasil yang dimaksud adalah capaian standar minimum hasil penetapan regulator untuk setidaknya vaksin tersebut bisa digunakan luas secara darurat.
Artinya, standar minimum itu berarti telah memenuhi efikasi yang diharapkan namun datanya masih terbatas soal keselamatan. Swaminathan menyebutnya sebagai emergency use authorization.
"Jadi sekarang, berdasarkan itu, para regulator akan memutuskan apa yang harus dilakukan," ujarnya.
Menurut Swaminathan, ekspektasi dari penggunaan vaksin itu nanti harus juga diseimbangkan. "Karena kita tahu tingkat kesuksesan dari uji coba vaksin hanya 10 sampai 20 persen," imbuhnya.
Sisi menguntungkan adalah ada beberapa kandidat vaksin Covid-19 yang sedang diuji yang membuka peluang kesuksesan. "Tapi kita juga harus siap menerima kegagalan," ucapnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dunia kini berada pada 'masa kritis' dalam pandemi, terutama di belahan Bumi utara. Beberapa bulan ke depan diperkirakannya akan sangat berat dan beberapa negara disebutnya berada di jalur yang berbahaya.
"Kita masih berada pada Oktober," kata Tedros merujuk kepada kekhawatiran pandemi meledak lagi di musim dingin karena adanya wabah flu musiman.
"Tapi ada terlalu banyak negara yang mencatat laju eksponensial jumlah kasus baru, dan itu telah membimbing kepada situasi di mana rumah sakit dan ICU penuh sesak," sambungnya
Untuk itu, Tedros mendesak para pemimpin negara-negara untuk mengambil langkah cepat mencegah tingkat kematian lebih tinggi, ambruknya layanan kesehatan, dan penutupan sekolah-sekolah lagi.
"Alat bantu pernapasan ventilator yang paling dibutuhkan untuk menyelamatkan pasien Covid-19," ujarnya.
Diperkirakannya, negara-negara miskin hanya memiliki 5-20 persen ventilator yang dibutuhkan untuk merawat pasien Covid-19 di negara masing-masing. "Sepanjang pandemi, kebutuhan oksigen meningkat eksponensial," pungkasnya. (der/zul/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: