Resesi Indonesia Tak Akan Separah Singapura
Kuartal III/2020 ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit membaik karena diberlakukannya relaksasi PSBB.
Membaiknya perekonomian nasional, menurut Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro, resesi yang dialami Indonesia tidak sedalam seperti negara India dan Singapura.
"Resesi yang dialami Indonesia diperkirakan tidak akan sedalam negara-negara sekawasan seperti India, Filipina, Thailand dan Singapura, maupun negara-negara maju di kawasan Eropa dan Amerika Serikat," ujarnya dalam video daring, kemarin (24/9).
Dengan demikiran, Andry memperkirakan pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2020 minus 2 persen. "Kami memperkirakan pertumbuhan full-year ekonomi Indonesia pada 2020 akan berada pada kisaran minus 1 persen sampai minus 2 persen," katanya.
Lanjut dia menjelaskan, resesi sudah secara global, kecuali Vietnam dan Tiongkok yang masih mencatatkan pertumbuhan positif.
Tahun 2021, kata dia, kurva infeksi Covid-19 sudah menunjukkan perlambatan disertai adanya prospek penemuan dan produksi vaksin sehingga masalah pandemi ini bisa cepat teratasi.
"Kami memperkirakan ekonomi dapat tumbuh 4,4 persen di tahun 2021," jelasnya.
Dia menambahkan, pembatasan sosial dan kekhawatiran konsumen atas penyebaran Covid-19 telah menekan usaha ritel dan jasa makanan dan minuman.
"Sejumlah daerah memperpanjang masa PSBB transisi sementara DKI Jakarta dengan kenaikan kasus per hari Covid-19 kembali menerapkan PSBB II, meski dalam skala yang lebih," ucapnya.
Terpisah, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan, selain Indonesia ada beberapa negara maju ekonomi pada kuartal III/2020 mengalami kontraksi. Yakni, seperti Amerika Serikat, Amerika Serikat, Inggris, hingga Negeri Jiran Malaysia dan Singapura.
"Technically, hampir tiap negara telah mengalami resesi. Bahkan ada yang mulai kuartal I/2020 sudah mulai negatif, seperti (negara-negara) Uni Eropa, italia, Perancis," ujar Sri Mulyani.
"Jika kuartal ketiga negatif, berarti mereka bisa tiga kuartal berturut-turut negatif," tambahnya.
Semua negara Asean, bahkan kontraksinya hingga double digit, yakni Thailand 12,2 persen, Singapura 13,2 persen, Filipina bahkan 16,5 persen dan Malaysia 17,1 persen. "Ini gambaran kuartal II/2020 merupakan kuartal yang sangat berat bagi semua ekonomi. Negara Eropa bahkan kontraksi atas 20 persen," paparnya.
Negara-negara di atas, pada kuartal III/2020, memiliki forecast yang masih negatif. Beberapa negara tersebut antara lain Inggris (minus 10,7 persen), AS ( minus 5,7 persen), Jepang ( minus 6,6 persen), Singapura (minus 6 persen) dan Thailand ( minus 9,3 persen).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: