Pinggiran Korut Berantakan Dihantam Badai, Kim Jong Un Pecat Petinggi Partai

Pinggiran Korut Berantakan Dihantam Badai, Kim Jong Un Pecat Petinggi Partai

Topan Maysak menghantam wilayah Semenanjung Korea Utara (Korut) membuat perekonomian negara itu berantakan. Terlebih di tengah wabah Covid-19 yang terus mengancam perbatasan dengan Cina.

Tak mau dipusingkan dengan persoalan bencana, Kim Jong Un mengirimkan 12.000 anggota partai Komite Pusat Partai untuk membantu pemulihan daerah terdampak.

Laporan Kantor Berita KCNA, Minggu (6/9), menyebutkan Kim sudah menyiapkan beberapa skema untuk memimpin upaya pemulihan pascabencana yang menyebabkan ribuan rumah hancur di sepanjang garis pantai provinsi Hamgyong Utara dan Selatan. Tak itu saja sejumlah bangunan publik dan lahan pertanian yang rusak.

”Kim memimpin pertemuan komite kebijakan eksekutif untuk membahas upaya pemulihan di area terdampak topan. Pertemuan itu memusatkan pembahasan pada langkah-langkah terperinci, seperti pengiriman pekerja bangunan ke area tersebut, disertai dengan rancangan dan pengiriman material,” terang kantor berita setempat.

Usai pertemuan, Kim memberhentikan ketua komite partai provinsi Hamgyong Selatan dari jabatannya dan mengganti dengan orang baru. Partai Buruh Korea telah memperingatkan pula soal hukuman bagi para pejabat yang gagal mengikuti perintah hingga mengakibatkan "banyak kerusakan" selama topan terjadi.

”Kim sudah mengirimkan surat terbuka kepada anggota partai di Pyongyang, dengan menyebut bahwa pada tahun ini telah terjadi kesulitan yang tak biasa akibat krisis kesehatan masyarakat yang berkepanjangan di seluruh dunia dan bencana alam,” jelas sumber pemerintahan setempat yang dilansir AFP.

Dalam surat itu, Kim menyatakan bahwa Komite Pusat Partai memutuskan untuk mengirim 12.000 anggota partai dari ibu kota ke area terdampak topan untuk membantu pemulihan masyarakat di sana.

Topan Maysak menghantam wilayah Semenanjung Korea pada Kamis (3/9) membawa serta hujan lebat dan angin kencang sehingga setidaknya satu orang dilaporkan tewas dan ribuan orang harus bertahan tanpa aliran listrik.

Menurut Kantor Berita Yonhap, korban yang tewas dilaporkan terkait dengan kaca jendela yang pecah akibat angin kencang dari badai dengan kecepatan 170 kilometer per jam di Busan, kota terbesar kedua di Korea Selatan.

Penerbangan pesawat juga dibatalkan atau ditunda, tulis Yonhap, pohon yang roboh dan puing-puing lainnya menyebabkan kerusakan pada sistem penerangan.

Maysak menjadi topan kesembilan pada musim ini, dan keempat yang menerjang Semenanjung Korea tahun ini, mengakibatkan sekitar 120.000 rumah tangga di Korea Selatan kehilangan aliran listrik, demikian menurut otoritas terkait.

Sejumlah bagian dari pulau resor Jeju melaporkan lebih dari 1.000 milimeter curah hujan sejak Selasa (1/9), demikian data badan cuaca setempat. Sebagian wilayah yang terdampak parah topan Maysak hari ini sebenarnya masih dalam pemulihan dari topan Bavi yang terjadi pekan lalu serta musim muson terbasah yang pernah tercatat.

Sementara wilayah Korea Utara juga terkena topan Bavi, dan kali ini untuk pekan kedua secara berturut-turut televisi negara melaporkan secara langsung kondisi terjangan badai dan banjir yang terjadi, termasuk di kota pesisir, Wonsan.

Dalam laporan itu ditunjukkan adanya jembatan yang rusak dan lahan pertanian yang tergenang banjir, sementara sebuah mobil van dengan pengeras suara memberikan peringatan kepada warga. Kemudian dalam hari yang sama, televisi negara Korea Utara melaporkan kembali bahwa peringatan topan telah dicabut, dan tidak ada laporan mengenai korban.

Sumber: