AS Ogah Bergabung dengan WHO Kembangkan Vaksin Corona

AS Ogah Bergabung dengan WHO Kembangkan Vaksin Corona

Amerika Serikat menyatakan tidak akan ikut serta dalam kerjasama internasional untuk mengembangkan dan mendistribusikan vaksin Covid-19 bernama COVAX dan dipimpin oleh Badan Kesehatan Dunia ( WHO).

Juru Bicara Gedung Putih Judd Deere menyatakan, bahwa AS tidak ingin dibatasi oleh kelompok multilateral seperti WHO. Menurutnya, AS akan terus melibatkan mitra internasional untuk mengalahkan virus corona.

"Tetapi kami tidak akan dibatasi oleh organisasi multilateral yang dipengaruhi oleh WHO yang korup dan Cina," kata Deere seperti dilansir dari Deutsche Welle, Kamis (3/9).

Presiden Donald Trump telah berulang kali mengkritik WHO atas tanggapan awal terhadap wabah virus corona. Dia juga menuduh WHO berkolusi dengan Cina dan berpartisipasi dalam menutup-nutupi informasi tentang virus corona.

Pada April, pemerintahan Trump mengumumkan pembekuan dana AS untuk WHO, diikuti dengan keputusan untuk memutus hubungan dengan badan di bawah PBB itu. Pada Juli, AS mengomunikasikan niatnya untuk menarik diri dari WHO.

Para pengkritik menyuarakan keprihatinan mereka atas keputusan AS yang mundur dari aliansi itu. Mereka menyebut AS "picik" dalam menghadapi pandemi virus corona.

"Bergabung dengan COVAX adalah langkah sederhana untuk menjamin akses AS ke vaksin, tidak peduli siapa yang mengembangkannya terlebih dahulu," tulis anggota DPR dari Dapil California, Ami Bera.

Dia menambahkan, keputusan AS tersebut membuat Negeri “Uncle Sam” berisiko tidak mendapatkan jatah vaksin virus corona. Kemungkinan besar lainnya adalah AS mengembangkan vaksin sendiri tetapi menimbunnya untuk memvaksinasi warganya.

Hal itu akan membuat AS rentan terhadap kasus virus yang diimpor dan berdampak parah pada ekonomi AS jika ekonomi global belum pulih.

Kerjasama COVAX memungkinkan 150 negara memanfaatkan portofolio vaksin potensial untuk memastikan warganya segera tercakup oleh vaksin dari negara manapun yang dianggap efektif.

WHO mengatakan, melalui COVAX pemerintah yang membuat kesepakatan dengan pembuat vaksin individu akan mendapat manfaat karena ketersediaan vaksin cadangan jika kesepakatan yang dibuat melalui kesepakatan bilateral dengan produsen tidak berhasil.

Sejauh ini, belum ada vaksin Covid-19 di manapun di dunia yang disetujui untuk digunakan secara penuh. Pada awal Agustus lalu, Rusia mengklaim sudah memiliki vaksin Covid-19 yang diberi nama Sputnik V.

Moskow mengklaim, vaksin tersebut telah melewati semua tahapan uji klinis untuk obat-obatan. Akan tetapi, ilmuwan di seluruh dunia masih meragukan vaksin tersebut karena menilai rangkaian uji coba yang terlalu singkat.

Sementara itu, perusahaan bioteknologi Amerika Serikat, Moderna, melaporkan calon vaksin Covid-19 yang mereka kembangkan telah memasuki uji coba tahap ketiga. Dalam tahapan ini Moderna melibatkan 30.000 orang sukarelawan, tetapi tidak jelas kapan fase ini akan selesai.

Sumber: