WHO Sebut Pencabutan Lockdown Perparah Penyebaran Covid-19, Sindir Indonesia?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai banyak negara yang mengambil arah yang salah dalam menghadapi pandemi virus corona (covid-19).
Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, bahwa keputusan sejumlah negara yang mencabut aturan penguncian wilayah (lockdown), justru membuat penyebaran virus menjadi lebih parah. Padahal, lockdown menjadi salah satu metode yang terbukti bisa mengurangi risiko penularan virus.
Setelah mencatat rekor 230 ribu kasus corona dalam sehari, WHO menyebut pandemi global hanya akan memburuk sampai orang-orang sungguh mematuhi langkah dasar seperti jaga jarak fisik, rutin mencuci tangan, memakai masker dan tetap tinggal di rumah jika jatuh sakit.
"Saya ingin berterus terang, tidak akan ada yang kembali ke kehidupan 'normal lama' di masa depan. Terlalu banyak negara menerapkan metode yang salah," ujar Ghebreyesus seperti dikutip dari AFP, Selasa (14/7).
Menurut Tedros, jika kebijakan pemerintah yang berbeda-beda justru membuat kepercayaan publik terhadap penanganan Covid-19 kian menurun. "Ini akan menjadi lebih buruk dan lebih buruk dan lebih buruk lagi," ujarnya.
Tedros menyebutkan, saat ini ada empat skenario yang dipakai pemerintah di seluruh dunia. Negara yang waspada dan menghindari wabah besar, negara yang berhasil mengendalikan wabah, negara yang melonggarkan pembatasan tetapi sekarang mulai menemukan kasus baru, dan negara yang dalam fase transmisi yang intens.
Pernyataan ini disampaikan saat pandemi Covid-19 di seluruh dunia mencapai 13.235.760 kasus. Sekitar 575.535 pasien dinyatakan meninggal dan 7.696.381 lainnya sembuh.
Penelitian yang dikeluarkan oleh ilmuwan dari King's College London menemukan pasien yang sembuh dari virus corona kemungkinan kehilangan kekebalan tubuh sehingga berpotensi kembali terinfeksi dalam beberapa bulan.
Merespons studi ini, Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan belum diketahui apakah pasien yang telah pulih dapat terinfeksi lagi dengan jenis 'virus corona lain'.
Kendati demikian, pimpinan teknis WHO untuk Covid-19 Maria Van Kerkhove mengatakan perlu penelitian lebih lanjut terkait studi tersebut. (der/zul/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: