BI Turunkan Lagi Suku Bunga, Perbankan Harus Pangkas Juga Bunga Pasar

BI Turunkan Lagi Suku Bunga, Perbankan Harus Pangkas Juga Bunga Pasar

Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi 4,25 persen. Penurunan ini merupakan yang ketiga kalinya dalam rentang tahun ini.

Penurunan dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Seperti diketahui adanya pandemi Covid-19 taleh merontohkkan perekonomian Indonesia.

"Penurunan ini untuk menjaga stabilitas perekonomin dan mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada era Covid-19," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam video daring, kemarin (18/6).

Penurunan suku bunga masih memungkinan akan dilakukan lagi. Tentu saja keputusan itu demi mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik.

"Selain itu, BI akan memperkuat bauran kebijakan dan bersinergi dengan pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) demi menjaga stabilitas makro ekonomi. Serta dalam rangka PEN," katanya.

Perry menjelaskan, bahwa bunga acuan ini akan mempengaruhi suku bunga di luar perbankan seperti yield Surat Berharga Negara (SBN) dalam periode satu tahun sebesar 120 bps. Penurunan bunga BI ini juga menurunkan biaya APBN.

Dia juga meyakini penurunan suku bunga acuan ini akan diikuti penurunan bunga pasar uang antar bank, deposito bunga kredit dan biaya APBN. Termasuk menurunkan yield obligasi korporasi.

Terpisah, Ekonom Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan Eric Sugandi mendukung kebijakan Bank Sentral kembali menurunkan suku bunga acuan di tengah pandemi Covid-19. Penurunan ini akan memperkuat fiskal dan moneter sehingga pertumbuhan ekonomi sesuai yang diharapkan hingga akhir tahun ini.

Bahkan, menurutnya masih ada ruang bagi BI untuk menurunkan sukua acuan ke angka 4 persen hingga akhir 2020. Penurunan tersebut karena laju inflasi yang relatif terkendali.

"Saya pikir hal yang lebih menjadi pertimbangan BI menurunkan suku bunga acuan karena peregerakan Rupiah, bukan soal inflasi," ucapnya.

Sementara ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna berpandangan, penurunan suku bunga acuan tidak akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi domestik. Hal ini apabila tidak didukung oleh penurunan suku bunga pasar.

"Penurunan suku bunga BI akan percuma jika tidak diikuti oleh suku bunga pasar. Oleh sebab itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus efektif mendorong bank untuk menurunkan suku bunga pasar," katanya kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (18/6).

Sebelumnya, Kepala ekonom PermataBank Josua Pardede memproyeksi BI akan memangkas bunga acuan 2 bps ke level 4,25 persen dengan pertimbangan beberapa indikator makro ekonomi. Di antaranya, tekanan inflasi, khususnya inflasi dari sisi permintaan yang cenderung rendah.(din/zul/fin)

Sumber: