Gedung Putih Dikepung Massa

Gedung Putih Dikepung Massa

Puluhan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan. Mereka berkumpul untuk keadilan rasial di kota-kota di seluruh Amerika Serikat setelah kematian George Floyd di tangan polisi.

Protes terjadi dari New York hingga Los Angeles. Kondisi serupa pun terjadi di depan Gedung Putih, Washington. Aksi dikawal ketat ratusan polisi ditambah barikade dengan pagar besi hitam.

”Pertarungan ini telah terjadi selama beberapa dekade, ratusan tahun, dan pada titik ini saatnya untuk perubahan,” kata penduduk asli Washington, Christine Montgomery, Minggu (7/6).

Tak ketinggalan para sukarelawan sibuk membagikan air, pembersih tangan, dan persediaan lain di kawasan aksi. Mereka pun memutar dengan musik,dan menjual kaos Black Lives Matter. Sedangkan helikopter berputar di atas kepala ketika beberapa pengunjuk rasa menari.

Di National Mall, pagar dan penjaga berseragam menghalangi pengunjuk rasa dari tangga Lincoln Memorial di mana ikon hak-hak sipil Martin Luther King Jr terkenal menyampaikan pidatonya ”Aku punya mimpi” pada tahun 1963.

Protes itu dinyalakan oleh video seorang perwira polisi yang berlutut di leher Floyd selama hampir sembilan menit. Sedangkan petugas, Derek Chauvin, telah didakwa dengan pembunuhan tingkat dua.

Kemarahan sejak kematian Floyd di Minneapolis pada 25 Mei telah meledak menjadi kerusuhan sipil paling serius di Amerika sejak King dibunuh pada 1968. Di San Francisco, ribuan orang berbaris melintasi Jembatan Golden Gate, menghentikan lalu lintas sebentar ketika mereka tumpah ke jalur mengemudi.

”Hari ini, rasa sakitnya sangat mentah sehingga sulit untuk mempertahankan iman,” tweeted calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden.

Saudara perempuan Floyd, LaTonya dan Zsa-Zsa mengatakan kepada wartawan bahwa mereka tidak akan menerima dengan kematian ini. ”Aku tidak tega, melihatnya berbaring di peti mati. Ini membuatku gila selamanya," kata LaTonya sambil menangis.

Dia mengungkapkan rasa sakitnya saat menonton rekaman kematian kakaknya yang menyakitkan. ”Setiap kali saya melihat ke atas, saya melihatnya di tanah, menghadap ke atas, leher ke bawah, berteriak tolong," imbuhnya, seraya berharap video itu bisa diturunkan.

”Aku tidak akan pernah mendengar suaranya, aku tidak akan pernah mendengar tawanya, aku tidak akan pernah memberitahunya lagi bahwa aku mencintainya dan juga dia akan mengatakan hal yang sama padaku," kata Zsa-Zsa.

Selain di Amerika, di seluruh dunia, pengunjuk rasa menggemakan kemarahan. ”Sudah waktunya untuk membakar rasisme institusional," teriak seorang pembicara melalui megafon di kerumunan ribuan orang di luar gedung parlemen di London.

Puluhan ribu berdemonstrasi di Australia dan Prancis, sementara di Tunis, ratusan meneriakkan: "Kami menginginkan keadilan! Kami ingin bernafas!". Kerusuhan ini pun menyudutkan posisi Presiden AS Donald Trump. (fin/zul/ful)

Sumber: