Pemimpin Kelompok Militan Al-Qaeda Terbunuh

Pemimpin Kelompok Militan Al-Qaeda Terbunuh

Pasukan militer Prancis mengklaim telah membunuh pemimpin kelompok militan Al-Qaeda in the Islamic Maghreb (AQIM), Abdelmalek Droukdel, di Mali bagian utara pada Jumat 5 Juni.

Menteri Pertahanan Florence Parly mengatakan, Droukdel tewas diserang pasukan Prancis di dekat perbatasan Aljazair pada Kamis kemarin.

Selama ini, AQIM di bawah komando Droukdel sering melancarkan serangan di kawasan Sub-Sahara Sahel. AQIM merupakan pecahan dari al-Qaeda yang dibentuk oleh sekelompok ekstremis asal Aljazair pada akhir 1990-an.

"Pada 3 Juni, pasukan tentara Prancis dengan dukungan mitra lokal mereka, membunuh pemimpin al Qaeda di amir Maghreb Islam, Abdelmalek Droukdel, dan beberapa kolaborator terdekatnya, selama operasi di Mali utara," tulis Parly di akun Twitter resminya yang dilansir dari AFP, Sabtu (6/6).

"Banyak rekan dekat Droukdel juga berhasil dinetralisasi," sambungnya.

Prancis juga mengklaim, telah berhasil menangkap seorang pemimpin grup Islamic State in the Greater Sahara (EIGS). Grup tersebut biasa melancarkan serangan di perbatasan barat Niger.

"Pada 19 Mei, pasukan Prancis menangkap Mohamed el Mrabat, militan veteral di kawasan Sahel dan seorang panglima penting di EIGS," tulis Parly di Twitter.

"Operasi melawan EIGS, yang merupakan ancaman teroris lainnya di kawasan ini, terus berlanjut," imbuhnya.

Mengutip Fox news, Sabtu (6/6), Droukdel adalah seorang pejuang militan kunci yang telah menjadi sasaran perburuan Prancis selama bertahun-tahun.

Kelompoknya, Maghreb Islam, yang dikenal sebagai AQIM, merupakan pelaku pengambilalihan militan Islam atas Mali sebelum pasukan Prancis melakukan intervensi pada 2013 di wilayah Sahel, Afrika utara.

Dalam upayanya, kelompok itu menurut Parly, telah melakukan berbagai penculikan dengan harapan uang tebusan. Dari berbagai penculikan itu, kelompok Droukdel disebut telah mendapat jutaan Euro.

Tak hanya itu, sebagai pemimpin utama Al Qaeda, ia juga berkuasa atas afiliasi di Afrika utara. Kelompok Islam tersebut beroperasi di Mali utara, Niger, Aljazair, dan Mauritania. Dalam persembunyiannya itu, Prancis meyakini dia bersembunyi di pegunungan Aljazair utara.

Dalam berbagai laporan, setelah intervensi militan jihadis merebut Mali Utara, wilayah itu menjadi sumber kekerasan, hingga akhirnya menyebar ke negara-negara tetangga dan menciptakan rasa tak aman. Alhasil, militer Prancis yang berjumlah sekitar 5.200 diturunkan untuk mengintervensi.

Lebih jauh, dia mengatakan bahwa operasi militer Prancis, telah memberikan "pukulan telak" kepada kelompok-kelompok teroris di wilayah tersebut.

Sumber: