Jokowi Jadi Korban ‘Prank’, Roy Suryo: Ambyar
Cerita buruh harian asal Jambi M. Nuh yang tak mampu membayar lelang motor listrik si gesit milik Presiden Jokowi terus dibahas. Apalagi kasus ‘prank’ senilai Rp2,550 miliar itu, berawan dari konser amal virtual yang dipublikasikan ke seluruh penjuru Tanah Air.
M. Nuh mengangetkan publik, lantaran dianggap nge-prank. Dia sebagai pemenang lelang, ternyata tidak bisa menebus motor listrik Jokowi yang dia menangkan saat konser amal virtual bertajuk ‘Bersama Melawan Corona’.
Konser tersebut diselenggarakan oleh MPR RI bekerja sama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Gugus Tugas Covid-19 itu digelar, Minggu (17/5). Dalam konser tersebut, M Nuh yang merupakan buruh harian asal Jambi, memenangkan lelang motor listrik milik Jokowi senilai Rp2,550 miliar.
Politisi Partai Demokrat, Roy Suryo tak menyangka Presiden Jokowi menjadi korban ‘prank’.
“Kalau berita ini benar, maka lelang motor Pak @jokowi senilai Rp 2,55 milyar dalam konser BPIP kemarin telah “di-Prank” oleh seorang buruh dari Jambi. Padahal (dalam rekaman ada) sudah 2x diverifikasi? Ambyar tenan iki,” tulis Roy Suryo melalui akun Twitternya, Kamis (21/5) kemarin.
Menurut Roy Suryo, prank itu terjadi akibat kesalahan petugas yang memverifikasi data pemenang lelang motor Jokowi.
M Nuh yang memenangkan lelang disebut-sebut sebagai pengusaha asal Jambi. Faktanya, dia hanya seorang buruh yang mengira mendapatkan hadiah dari acara konser amal virtual.
“Memang kasus “pemenang lelang motor Rp2,55 milyar” ini bukan salahnya pak @jokowi tetapi para “petugas” yang (katanya) sudah verifikasi (sampai 2x) itu. Hanya saja sampai ada yang berani nge-Prank acara resmi & motor presiden, ini jadi pertanyaan serius: Dimana kewibawaannya?,” tambah mantan Menpora ini.
Meski M Nuh disebut tak menebus motor Jokowi karena tidak punya uang, namun Roy Suryo memiliki analisa lain.
“Saya ada analisis lain soal “motor listrik Gesit yang ditandatangani Pak @jokowi” tersebut, jangan-jangan M Nuh tidak mau bayar karena motor-nya berbeda? Lihat motor yang dinaiki dulu (Jok sudah dibuka plastiknya) & motor yang ditandatangani. Apa iya habis dinaiki terus di-plastik lagi?,” katanya. (pojoksatu/zul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: