Muktamar NU Memanas, PCINU Hongkong Justru Tidak Ingin Membicarakan Persaingan Keras

Muktamar NU Memanas, PCINU Hongkong Justru Tidak Ingin Membicarakan Persaingan Keras

Muktamar ke-34 NU di Lampung tengah memanas. Di tengah situasi ini, Pengurus Cabang Istimewa NU Hongkong justru mengaku tidak ingin membicarakan persaingan keras calon ketua umum.

Dikutip dari RMOL, di tengah panasnya persaingan calon ketua umum Pengurus Besar Nahldlatul Ulama (PBNU), PCINU Hongkong justru menyuarakan tentang pentingnya proses Muktamar yang teduh dan mengedepankan sikap membesarkan Jamiyah NU.

Pernyataan ini disampaikan Mustasyar PCINU Hongkong, Nur Rohman, Kamis (23/12) petang. Saat ini, tahapan muktamar di Lampung sedang dilangsungkan pleno rekomendasi organisasi yang dilangsungkan di empat titik lokasi yang berbeda.

Sementara itu, jadwal pemilihan akan dilangsungkan, Kamis (23/12) malam, pukul 22.30 WIB.

Beberapa calon ketua umum yang bersaing ketat adalah petahana Said Aqil Siroj dan Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf. Selain dua orang itu, sosok As'ad Said Ali muncul sebagai kandidat alternatif.

Nur Rohman yang saat ini menjadi delegasi PCINU Hongkong ini mengatakan, ada hal yang lebih mendasar untuk dipikirkan oleh organisasi sebesar NU. Menurutnya, NU harus menjadi bandul kemajuan ekonomi umat dan bangsanya.

"Sebagai delegasi PCINU Hongkong saya ingin menyuarakan tentang isu penting yang harus dijadikan perhatian para Nahdliyin. Isu ekonomi umat, transformasi teknologi dan tantangan konsekuensi dari disrupsi teknologi," demikian kata pria yang juga pengasuh Ponpes Technopreneur As Shofa, Rajeg, Tangerang, Banten ini.

Rohman menjelaskan, Muktamar NU tidak boleh hanya sebatas memilih orang nomor satu di NU, tetapi harus berpikir bersama-sama menjawab berbagai tantangan kehidupan di nasional dan juga global.  

Ia mengatakan, jamiyah NU harus menjadi aktor peradaban umat. Artinya, NU bisa membimbing masyarakat tidak hanya hanyut pada perkembangan teknologi semata tetapi lebih dari itu nilai kebaikan dan kemudhorotan bagi bangsa dan dunia.

"Kalau NU tidak mengambil peran sentral dalam konteks menginjeksi nilai spiritual, dikhawatirkan umat akan menjadi kelompok yang lebih mengedepankan teknologi an sich," demikian kata Nur Rohman. (RMOL/ima)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: