Buddha menganugerahinya nama Jagatmata, atau ibu segala alam. Betapa bahagianya Hariti, karena dia bukan lagi wanita tanpa anak, melainkan ibu pelindung dari anak-anak di semua alam.
BACA JUGA: 5 Mitos Kehamilan Penting untuk Anda Ketahui, Simak Faktanya!
2. Dewi Hariti versi Theravada vs Mahayana
Kisah ini berasal dari tradisi lisan Buddhis aliran Theravada, yang sangat populer di Asia Tenggara, tapi bukan satu-satunya kisah tentang Hariti, dewi yang dipuja sebagai pelindung anak-anak dan keluarga. Versi lain tersebut berasal dari Buddha Mahayana.
Meskipun keduanya sama-sama menceritakan perubahan dari Hariti yang awalnya penculik anak menjadi pelindung anak, ternyata ada beberapa perbedaan kisah dari dua aliran agama Buddha ini.
Pertama, motif penculikannya berbeda. Hariti versi Theravada diceritakan sebagai permaisuri Raja Kubera, yang tidak memiliki anak sehingga ia menculik anak-anak untuk ia asuh.
Sementara itu, versi Buddha Mahayana menceritakan bahwa Hariti mempunyai seratus anak. Ia menculik anak-anak manusia di Kota Rajgir, India, untuk disantap bersama anak-anaknya.
BACA JUGA: Konon Raksasa yang Bertobat, Inilah 3 Mitos Dwarapala Si Penjaga Gapura
Kedua, tidak ada buah delima di versi Theravada, tetapi muncul di versi Buddha Mahayana sebagai santapan pengganti anak-anak manusia, bagi Hariti, pasca ia bertobat.
Mengingat latar kisah Hariti dalam kedua versi tersebut sama-sama di Kota Rajgir, India, buah delima sendiri memang dianggap suci dalam dua agama di sana, yakni Hindu dan Buddha.
Demikian, informasi mengenai misteri Candi Banyunibo dengan kisah Dewi Hariti-nya punya versi lain. Semoga bermanfaat bagi Anda yang ingin tahu tentang mitos dan kisah mistis di Indonesia, tepatnya di tanah Jawa. (*)