Selain Ganjar Pranowo, ada enam penerima penghargaan lain dari enam provinsi berbeda. Di antaranya Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, Riau, Sumatra Selatan, dan Sulawesi Utara.
"Ada tujuh Gubernur. Jadi saya tidak melihat capresnya, tapi kalau di Jawa Timur Srikandhi karena perempuan, berjiwa punakawan. Kalau di Bali itu baladewa Kresna yang cocok di sana, lalu di Jawa Barat juga ada menurut budaya masing-masing. Jadi gubernur-gubernur ini kami hargai di tujuh provinsi ini," katanya.
BACA JUGA:Selain Sukses dan Sehat, KH Ubaidillah dan Santri Dar Al Tauhid Cirebon Doakan Ganjar Jadi Presiden
Sementara itu, saat memberikan sambutan Ganjar Pranowo bercerita pengalamannya saat meminta perajin lurik untuk berinovasi dengan produknya. Misalnya dengan memakai bahan sutra atau memadukannya dengan kain batik. Ternyata inovasi itu meledak dan diterima masyarakat.
Ganjar juga mengatakan bahwa human entrepreneurship menjadi penting di masa depan. Sebab, menciptakan mesin untuk menggantikan beberapa pekerjaan manusia itu mudah, tetapi menciptakan manusia itu tidak bisa. Maka, di sinilah ia sepakat bahwa pendidikan dan kebudayaan harus menjadi satu.
"Anak-anak kecil diajari kebudayaan, sehingga memiliki budi dan daya yang menjadikannya orang terasah. Jadi tidak hanya soal mesin, kalau mesin semua akan celaka. Yang kita takutkan adalah masa depan yang sudah lupa akan manusia. Menciptakan mesin itu gampang tapi menciptakan manusia tidak bisa. Manusia yang punya budi pekerti, manusia yang bisa memahami orang lain, apakah berbeda warna kulit, suku, agama, golongan," kata Ganjar dalam sambutannya.
Ia juga mencontohkan bagaimana kreativitas dan inovasi dilakukan oleh ASN di lingkup Pemprov Jateng terkait politik anggaran. Untuk bisa mendapatkan anggaran di tengah tahun berjalan, dibutuhkan kreativitas dan inovasi seperti menggerakkan kekuatan masyarakat. Hal ini juga berhasil dalam hal menurunkan angka stunting dan kemiskinan ekstrem.
BACA JUGA:Lepas 218 Anggota Pramuka Jateng ke Jambore Dunia di Korsel, Ganjar Titip Pesan Damai
"Harus ada pemikiran dan pengambilan keputusan yang cepat untuk bergerak di samping anggaran yang sudah berjalan. Istilah saya, kita tidak bisa hanya menggunakan buku lama, kita harus menggunakan buku baru. Kita juga harus pandai memanfaatkan digital dalam banyak hal, begitu juga dengan entrepreneurship," kata Ganjar. *