Rizal Ramli: Seperti Petinju Ekonomi Indonesia Sempoyongan lalu Dikasih Doppingnya Utang

Selasa 23-06-2020,07:30 WIB

Stabilitas perekonomian Indonesia menjadi sorotan banyak pihak, di awal hingga pertengahan tahun ini. Bahkan ekonom senior Rizal Ramli mengibaratkan kondisi perekonomian Tanah Air di tengah pandemik Covid-19 seperti pemain tinju yang sempoyongan nyaris tak berdaya.

Ketidakberdayaan itu kemudian diberikan dopping, yang lazimnya tak bertahan lama. Dalam kondisi ekonomi yang nyata, pemerintah menggunakan dopping berupa utang.

Analogi itu diungkapkan Rizal Ramli saat menjadi pembicara dalam diskusi daring bertajuk 'Perekonomian Indonesia: Fakta, Harapan dan Solusi' yang diselenggarakan Forum Alumni Perguruan Tinggi (FAPI), Senin (22/6) kemarin.

"Hari ini Indonesia sudah kebanyakan utang tapi utangnya bukan swasta tapi pemerintah karena BUMN. Jadi kayak petinju itu udah oleng nih, tapi di-dopping, dikasih pinjeman yang terus-menerus bunga lebih tinggi," kata Rizal Ramli.

Sialnya, kata dia, utang yang diambil pemerintah berbunga dua persen di atas rata-rata, yang jika sudah jatuh tempo akan menambah beban utang itu sendiri.

"Sri Mulyani kan luar biasa ndableknya, setiap minjem bond yieldnya 2 persen di atas rata-rata. Terakhir, BRI nerbitin bond 1 miliar dolar, yield cuma 2 persen. Harusnya kan sovereign bond itu lebih murah, swasta BUMN di atasnya. Tapi ini sovereign bond paling atas," bebernya.

Ia mengamini bila selisih tingkat pengembaliannya kecil bila hanya 2 persen. Namun hal itu akan menjadi bengkak saat utang tersebut dilakukan bertahun-tahun.

"Kalau bond 10 tahun, 2 persen bunga berbunga itu sepertiganya nambah beban utang. Yang cara bayarnya naikin harga-harga, naikin potong subsidi dan sebagainya. Nah, jadi petinju yang mau rontok ini di-dopping kelihatan sehat lagi," sambung begawan ekonomi itu.

RR, sapaan karib mantan Menteri Ekonomi era Presiden Abdurrahman Wahid itu mengungkapkan, beberapa pekan lalu pemerintah telah menerbitkan bond lebih dari 10 miliar dolar yang diikuti dengan menguatnya rupiah. Namun, penguatan rupiah itu tidak natural karena tidak disertai dengan fundamental ekonomi.

"Rupiah menguat karena dolar Amerika memang lagi drop terus, karena Amerika nerbitin stimulus dengan nyetak uang 2 triliun dolar AS, ya otomatis nilai dolar terhadap mata uang lain rontok, nolong rupiah. Tapi juga karena kita nerbitin bond 10 miliar dolar, di-dopping, jadi rupiah lebih stabi sekitar 14 ribu," jelas RR.

Selain RR, turut hadir dalam diskusi daring tersebut, antara lain; mantan Anggota DPR RI, Alumni UI Chandra Tirtawijaya, Ketua Dewan Pertimbangan FAPI, Alumni UNPAD Doddy Haryadi, Ketua FAPI, Alumni UB Utari Sulistiowati.

Kemudian, Putri Bung Tomo, Pahlawan Nasional yang juga Alumni UGM drg.Lista Tomo, Alumni ITB Muhammad Iqbal, Sekjen FAPI, Alumni UNKRIS Nurul, Guru Besar UNHAS Juajir Sumardi dan Alumni UI Eman S. Nasim. (rmol/zul)

Tags :
Kategori :

Terkait