Geliat Pandai Besi Cangkul Kabupaten Tegal: Produksi Secara Tradisional, Dipasarkan Pada Hari-Hari Keramat

Geliat Pandai Besi Cangkul Kabupaten Tegal: Produksi Secara Tradisional, Dipasarkan Pada Hari-Hari Keramat

Padai besi di Kabupaten Tegal sedang memproduksi cangkul yang akan dipasrkan pada hari-hari keramat.-Yeri Noveli-

BUMIJAWA, RADARTEGAL.COM - Pemuda ini bernama Abdul Yasin Hidayatullah (22). Dia kerap dipanggil dengan nama Yayat. Semula, pemuda yang berasal dari Desa Bumijawa, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal ini mengadu nasib di Jakarta.

Dia bekerja di salah satu perusahaan. Namun, cita-citanya yang ingin menjadi karyawan swasta di kota besar kandas lantaran di PHK (pemutusan hubungan kerja) imbas dari Pandemi Covid-19.

Akibatnya Yayat pulang kampung. Awalnya dia bingung mau kerja apa di desanya yang berada di kaki Gunung Slamet itu. Namun, dia pun akhirnya memutar otak dan beralih profesi sebagai pandai besi memproduksi cangkul.

Dia memproduksi cangkul tidak menggunakan mesin canggih. Tapi dengan cara tradisional. Profesi sebagai pandai besi itu merupakan ketrampilan turun temurun dari orang tuanya. Yayat sebagai generasi ketiga yang melanjutkan usaha keluarganya.

BACA JUGA:Cegah Stunting, 955 Pelajar di Kabupaten Tegal Dapat Paket Makanan Bergizi

Profesi ini memang nyaris punah. Dulu, profesi ini acapkali disebut sebagai empu atau Pande Besi. Meski sudah jarang diminati, tapi Yayat tetap menggelutinya sejak setahun silam.

"Dulu saya kerja di Jakarta. Tapi sekarang alih profesi sebagai pandai besi. Ini merupakan warisan usaha dari orang tua. Keluarga kami sudah menggelutinya lebih dari 40 tahun," kata Yayat, saat ditemui, Sabtu 26 November 2022.

Yayat tak menampik, cangkul hasil produksinya itu, banyak diminati oleh konsumen. Hal itu karena pihaknya selalu menjaga kualitas. 

Kualitas adalah kunci usahanya bisa bertahan hingga saat ini. Setiap hari, Yayat mengaku dapat memproduksi puluhan cangkul. Tergantung pesanan dari konsumen. Selama ini, pihaknya sudah menjual cangkul tersebut ke berbagai daerah. 

BACA JUGA:Kota Yogyakarta Jadi Lautan XMax, XOG 2 Berlangsung Semarak dan Sukses

Pengiriman setiap hari antara 3 sampai 5 kodi. Setiap kodi berisi 20 cangkul. Harganya Rp35 ribu hingga Rp50 ribu per cangkul.

"Saya baru belajar satu tahun ini, saat pembuatan cangkul masih dibantu orang tua. Intinya usaha cangkul tradisional ini jangan sampai punah dan hilang, apa lagi sekarang di zaman modern,” kata Yayat.

Yayat mengatakan, untuk memasarkan cangkul, tak bisa sembarang hari. Ada hari-hari keramat atau tertentu menurut kepercayaan yang diyakini keluarganya.

“Setiap hari Wage dan Kliwon kami kirim cangkul sesuai pesanan. Sekali kirim bisa lima kodi cangkul,” ucapnya.

Sumber: